Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalanan sunyi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang
(Suci Sekeping Hati, Saujana)
“Aku sudah tidak sanggup dengan semua tempaan ini. Ayo kita menyerah
saja. Lebih nikmat tinggal di atas permukaan bumi sana. Kita bisa
bertemu mentari yang hangat, dedaunan yang hijau dan dibasahi embun,
kicau burung yang merdu, udara yang segar, dan sejuta kenyamanan
lainnya. Aku ingin hidup nyaman, Dik”, keluh KarbonA.
KarbonI
tersenyum. “Kak, kita ini sedang diuji. Bertahanlah sebentar lagi.
Percayalah, kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya jika kita mau
bersabar.”
“Aku ingin merasakan kebebasan dan kenyamanan di luar
sana. Akan ada banyak hal yang bisa ku pelajari di dunia luar. Ikutlah
aku, dan kita akan senang”, ajak KarbonA
“Pergilah jika kakak
memang ingin pergi, kelak aku akan menyusul kakak. Aku yakin semua
tempaan panas, tekanan, dan kegelapan ini suatu saat akan berujung pada
keindahan dan kebahagiaan yang lebih baik”
Mereka adalah dua sosok
yang berbeda. KarbonA dan KarbonI, sepasang saudara kembar yang
memiliki pandangan yang bertolak belakang tentang semua tempaan yang
mereka hadapi. KarbonA memutuskan untuk pergi, sedangkan KarbonI mencoba
untuk terus bersabar dan percaya bahwa kelak semua kepahitan ini akan
tergantikan dengan rasa manis dan hikmah yang luar biasa, walaupun ia
harus menahan rasa sakit yang panjang akibat proses tempaan alami itu.
Ribuan tahun kemudian…
Para
manusia berdatangan dan melakukan berbagai upaya mengambil KarbonI.
Mereka memuji keindahannya, kilau dan pantulan yang istimewa dari sang
KarbonI yang senantiasa bersabar dalam menjalani proses kehidupan.
Manusia menyebut KarbonI dengan nama Intan. KarbonI -yang sekarang
menjadi Intan- diperebutkan, dijual dengan harga yang tinggi, diletakkan
ditempat terhormat. Namun ia tetap rendah hati dan senantiasa
membagikan keindahannya dan kilaunya kepada orang-orang di
sekelilingnya.
Pada suatu hari, datanglah si Kakek Batu Apung.
Tubuhnya kecil, ringan, berongga, dan murah. Semua benda di muka bumi
merendahkan Kakek Batu Apung, kecuali sang Intan. Intan selalu
menghormati Kakek Batu Apung dan senantiasa mencoba belajar banyak ilmu
dari sang Kakek. Setiap kali bertemu, Kakek Batu Apung mengusap kepala
si Intan. Dan apa yang terjadi? Intan justru semakin tampil cantik dan
menawan setelah bergaul dengan Kakek Batu Apung yang dianggap tidak
berharga oleh banyak manusia.
Begitulah sang Intan, kebaikan dan ketulusan hatinya mampu memancarkan sinar yang bisa menarik hati manusia.
Diam-diam
si KarbonA selalu mengikuti dan mengintai keseharian adiknya yang
sekarang menjadi Intan. KarbonA sangat merasa iri dan ia berfikir bahwa
dirinya tidak diperlakukan secara adil.
“Padahal dulu kami adalah
saudara kembar! Kami sama-sama memiliki simbol C, rumah kami sama-sama
di golongan 4 periode 2, tapi mengapa kini kami dibedakan? Kenapa
saudara kembarku, KarbonI, diletakkan di tempat terhormat, sedangkan aku
sering disatukan dengan sampah? Ini sungguh tak adil!”, keluh KarbonA.
Lalu Kakek Batu Apung datang.
“Hai, KarbonA, bercerminlah di genangan air itu.”
KarbonA yang sedang galau, langsung saja menurut. Ia tersentak kaget melihat wajahnya di air.
“Itulah
dirimu, KarbonA. Kamu adalah Karbon yang memilih untuk menjadi Arang
ketika dirimu memilih untuk menyerah menjalani tempaan. Kamu Arang yang
hitam, yang tidak disukai banyak orang. Sedangkan adikmu, KarbonI memang
sosok yang pantas untuk menjadi Intan yang berkilau karena ia bersabar
dan tetap bersyukur dalam menghadapi tempaan dan rasa sakit.”
Alangkah
menyesalnya KarbonA. Seandainya dulu ia bisa lebih bersabar, mungkin
hidupnya tidak akan terhina seperti ini. Seandainya dulu ia memilih
untuk bertahan, tentu ia akan menjadi alotrop Intan, alotrop terbaik
dari keturunan Karbon.
Intan dan Arang sama-sama berada dalam fase
solid. Namun Intan adalah sosok yang kuat, sosok yang kesolidannya
mencapai nilai tertinggi di muka bumi. Sedangkan Arang, ia hanya
sebongkah karbon yang rapuh.
Bicara soal kecantikan, Intan yang
rendah hati dan senantiasa menghormati orang lain mendapatkan keindahan
dari seorang Kakek Batu Apung. Batu Apung adalah satu-satunya benda yang
mampu mengasah kecantikan intan. Alangkah bijaksananya sang Intan yang
mau menerima Kakek Batu Apung yang sering tidak dipedulikan orang,
hingga akhirnya ia justru bisa mendapatkan kecantikan yang lebih baik
lagi atas perlakuannya kepada sang Kakek.
Begitulah seharusnya
kita sebagai manusia. Dengan bersabar dan bersyukur dalam memperjuangkan
berbagai hal serta berkhusnuzan terhadap masalah yang dihadapkan kepada
kita, niscaya kita akan mendapat banyak pelajaran dan hikmah dari semua
itu. Man jadda wajada.
Dan dialah Intan, si kuat penuh pesona…
Oleh: Ariyani Titin
Sumber : http://www.dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar