Ads 468x60px

Featured Posts

Senin, 17 Desember 2012

Surat Untukmu Ukhti…

pena
Ukhti engkau tahu bahwa diriku bukanlah siapa-siapa, bahkan hari ini pun aku masih berfikir baikkah diriku untukmu. Ukhti, aku menyadari bahwa aku berazam untuk menjemput ukhti suatu hari nanti. Ukhti, dengan segala kelemahan diri ini, ana sampaikan bahwa azam ini akan berakhir ketika;

Engkau menemukan ikhwan yang lebih baik daripada aku, lebih baik dari sikapku, ucapanku dan lebih baik dari akhlakku karena aku menyadari bahwa dirku bukanlah sesempurna yang engkau lihat. Diriku hanyalah seorang manusia yang Allah tutupkan aibnya, namun kalau Allah bukakan tentang aibku pasti engkau tahu bahwa aibku sungguh sangat banyak. Aku tidak punya kelebihan apa2 untuk dibangggakan dan untuk diberikan kepadamu kecuali Allah yang selalu menjadi pegangan dan harapan didalam hidupku. Sementara engkau adalah seorang akhwat yang solehah, taat, lembut ucapmu, bagus akhlakmu dan cerdas, mempunyai banyak kemampuan dan keinginan yang mulia, memiliki harapan yang diimpi-impikan yaitu mendamba seorang suami yang soleh, yang manjadi nakhoda dalam menjalani kehidupan ini. Namun diriku belum sesempurna yang engkau harapkan.

Ukhti, maka jika ukhti menemukan ikhwan yang lebih baik dari pada aku terutama lebih baik dalam masalah pemahaman agama dariku, maka silahkan ukhti pilihlah ikhwan tersebut agar ukhti bisa bahagia dunia akhirat. kebahagian ukhti adalah kebahgaian aku, meski entah hati ini akan bisa menerima atau tidak namun……….Insyaallah itu adalah yang terbaik buatmu, yang akan menjadi ladang pahala menuju Keridhoan-Nya.

Ketika ada hal yang aku lakukan bertentangan dengan Syariah Islam. Ukhti, diriku bukanlah seorang ustad (berilmu) dan mafhum (Faham) dalam masalah agama dengan baik. Aku hanyalah seorang insan pembelajar yang sedang memahami dan belajar mengenal islam, pemahamanku tentang islam masih sangat terbatas, namun keinginan yang besar untuk tetap istiqomah dalam meningkatkan kualitas diri dihadapan Robb-Nya. Maka Sangat besarlah kemungkinan kesalahan yang ada pada diriku baik kesalahan ucap maupun prilakuku, maka apabila engkau temukan hal tersebut pada diriku, maka ukhti silahkan sampaikan bahwa diriku tidak perlu lagi menjemputmu.
Meski demikian, dengan segala kelemahan diri dan kekurangan yang ada pada diriku, aku masih berharap engkau tetap istiqomah menanti diriku untuk menjemputmu. Meski sekarang ini kita jarang saling berkomunikasi dan saling menyapa, namun dirimu tetap dihati ini, yang terukir indah di sanubari, karena sebelum di ijab-kabulkan syari;ah tetap menjadi batasan dari interkasi kita. Berlindung kepada Allah atas segala kegundahan dan keraguan didalam hati ini.
Sejujurnya aku tidak tahu apakah engkau masih istiqomah menungguku..?? namun keyakinan kepada Allahlah yang membuatku yakin bahwa ia akan memberikan yang terbaik kepada hambaNya dalam setiap segi-kehidupannya, yang tidak pernah mendzalimi hambaNya dan selalu setia mendengarkan setip keluh-kesah hambaNya, meski hambaNya terkadang memalingkan wajahNya dari petunjuk dan aturan dariMu.

Ukhti, demikian surat ini ditulis untuk menyerahkan semuanya kepada Illahi Robbi, sebagai ketawakallan diriku untuk memohon yang terbaik dari sisiNya. Aku memohon maaf kalau selama ini kita sering bertemu tapi tidak pernah bertutur sapa itu tiada lain hanyalah untuk menjaga izzah (kemuliaan )dirimu dan Iffah (Kehormatan) dirimu sebagai seorang muslimah yang solehah, aku yakin bahwa engkau akan mendapatkan ikhwan yang terbaik dari Allah apakah diriku ataupun Ikhwan Lain.

Sekian lama azam ini diucapkan namun, Allahlah yang lebih tahu tentang hati setiap manusia, perasaanya di serahkan kembali kepada Allah karena Dialah yang menitipkan perasaaan ini. Namun Akhi masih meyakini bahwa “Dirimu adalah seorang akhwat terbaik dalam hidupku, namun aku belum tentu yang terbaik untukmu“.
-----------------------
Oleh : ANdriaN
http://andryannara.blogdetik.com

-----------------------


»»  Baca Selanjutnya...

Dia begitu Muda… Dia berani Berbicara…

Selalu saja ada celah dalam hukum (fiqh) yang menjadi ruang bagi ‘kreativitas’ dan akal bulus kaum pencinta kemudahan. Bukan karena Sang Pencipta hukum itu lemah atau lalai, sehingga menyisakan celah-celah kecil tempat bersemainya bibit kemunafikan itu, namun inilah mihnah, ujian keimanan. Dari milestone inilah kemudian manusia terbagi menjadi tiga golongan;
  1. penganiaya diri sendiri (dzhalimun linafsihi),
  2. kelompok antara (muqtashid),
  3. para penghulu kebaikan (sabiqun bil khairaat).
Kelompok pertama adalah para pemuja hawa nafsu. Hatinya tak setitik jua mengandung noktah ketaatan, logikanya adalah logika pembangkangan, strateginya adalah keculasan. Maka aturan langit pun menjadi sesuatu yang dianggap profan sehingga dengan mudahnya diputarbalikkan. Lihatlah para budak syahwat ini berdalil dengan fasihnya bahwa menutup aurat adalah setakat budaya, bahwa tak mengapa berzina asal menggunakan kondom hingga tak bersentuhan kulit khatan, atau soal halalnya alkohol di suasana chilly. Mereka juga yang berargumen betapa mengharamkan rokok adalah gerbang kehancuran ekonomi bangsa. Lupakah mereka bahwa kerugian bangsa ini oleh erosi kesehatan yang diakibatkan benda haram sembilan senti itu bisa berpuluh kali lipat nominalnya? Orang-orang ini, entah dari persilangan genetik yang mana, telah mewarisi darah Yahudi yang dahulu mencoba mengakali Allah tentang larangan hari Sabat, dengan memasang jaring keramba di hari Jum’at. Inilah kelompok penganiaya diri, menukarkan kesenangan sesaat dengan siksaan yang abadi.
Kelompok kedua adalah generasi serba tanggung, shalih tidak, thalih juga tidak. Sesekali mereka berbuat dosa dan menabrak aturan, sesaat kemudian tertegun, lalu menangis menyesali perbuatannya. Inilah tipologi kaum lemah iman, yang memadu pahala dan dosa dalam satu rongga dada. Seusai shalat shubuh mereka menonton tayangan ghibah, mereka berjilbab tapi ikhtilath, berjanggut namun genit, lantang bertakbir namun fasih pula berlama-lama dalam interaksi tak penting dengan lawan jenis yang ajnabi.Sungguh tersiksa batin yang hidup dalam kondisi demikian. Jiwa yang terus menerus dalam penyesalan (nafsu allawwaamah), terjebak antara perasaan hina dan keinginan menjadi mulia. Pribadi-pribadi seperti ini senantiasa terkungkung dan terpenjara dalam dimensi dirinya sendiri. Tak usahlah diajak berpikir dan bercita-cita besar, toh mereka masih belum selesai berurusan dengan aneka persoalan remeh-temeh; virus merah jambu, jiwa pedantic (hubbu azhzhuhur) yang selalu ingin menonjolkan diri, dan berbagai perangai lainnya yang merefleksikan kekanak-kanakan jiwa.
Kelompok terakhir adalah mereka yang selalu berlomba dalam kebaikan. Mereka tak lagi berfikir sebatas halal-haram. Bagi kaum ini, segala sesuatu dinilai dengan kelembutan hati dan kepekaan iman. Mereka terbang dalam ketinggian akhlaq, jauh melewati batas-batas hukum, beyond fiqh. Yang haram pastilah mereka benci, perkara syubhat dijauhi, bahkan terhadap yang halal pun mereka berzuhud. Suatu ketika Umar ibn Khatthab ra membagi-bagikan ghanimah atas kemenangan melawan Persia. Umar tertarik pada sebuah karpet yang sungguh indah. Betapa wajar dan sederhananya potret keinginan itu; seorang khalifah agung berkehendak untuk memiliki sepotong permadani. Tak satu pun sahabat yang tidak setuju, selain bahwa bagian dari ghanimah juga merupakan hak beliau, Umar juga dipandang sebagai zahid yang terlalu keras terhadap dirinya sendiri. Namun seketika Al-Faruq tersentak. Pria yang ditakuti para setan ini merasa malu untuk memiliki ketertarikan semu pada dunia. Ia memang bukan al-ma’shum layaknya Rasulullah SAW, tapi tarbiyah Sang Nabi telah melekat erat di sanubarinya. Lalu ia memotong karpet itu menjadi bagian-bagian kecil dan membagi-baginya kepada para sahabat (Husain Haykal, Umar al-Faruq). Permadani Persia itu sudah tak utuh lagi, begitu juga keinginan Umar untuk memilikinya juga telah teratasi. Kini Umar tak lagi merasa malu pada Allah, pada Rasul dan pada dirinya sendiri. Ya, bagi jiwa pendamba surga, rasa malu memang menjadi hiasan diri. Sebab sabda Sang Nabi SAW; “Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari kalimat pertama kenabian adalah: jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu” (HR Bukhari, lihat dalam Ibn Daqieqil ‘Ied, Syarhul Arba’iina Hadiitsan An-Nawawiyah).
Bagaimana…?
Tiga golongan itu saya yakini kebenarannya. Salah satu upaya, untuk dapat menghisab diri sebelum dihisab nanti. Dengan kejujuran hati untuk bisa mengakui, ada di golongan mana kita sekarang.
Tapi ada beberapa hal lain yang menggugah hati saya… Pertama, seusianya, saya belum mempunyai keinginan untuk menghisab diri dengan kedalaman seperti itu. Kedua, melalui tulisannya dia sanggup menyuarakan apa yang ada di benaknya dengan cukup berani. Ketiga, harapan saya… tulisan itu dilandasi motivasi untuk ‘fastabiqunal khairaat’… berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan untuk menjustifikasi secara personal. Keempat, semoga ketika ditanyakan kepada dirinya… di golongan manakah dia berada? Dia bisa menjawabannya…
Karena pada dasarnya, kita semua mempunyai fitrah untuk berbuat kebaikan, ingin memberikan yang terbaik, sebagai bentuk eksistensi kita di dunia ini, untuk kemudian kita serahkan penilaian terakhirnya di kekuasaan Sang Pencipta.
Tidak semua orang menyukai dakwah dengan argumentasi yang cukup keras. Tapi hampir semua orang menyukai dakwah yang menenangkan, dengan bahasa kelembutan… Tanpa ada kesan merasa paling suci, tapi mengajak… untuk bersama-sama… menggapai cinta Illahi, dalam balutan keindahan bahasa…

sumber : http://new.drisalah.com
»»  Baca Selanjutnya...

Rabu, 22 Agustus 2012

Dialah Intan, Si Kuat Penuh Pesona

Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalanan sunyi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang
(Suci Sekeping Hati, Saujana)
       “Aku sudah tidak sanggup dengan semua tempaan ini. Ayo kita menyerah saja. Lebih nikmat tinggal di atas permukaan bumi sana. Kita bisa bertemu mentari yang hangat, dedaunan yang hijau dan dibasahi embun, kicau burung yang merdu, udara yang segar, dan sejuta kenyamanan lainnya. Aku ingin hidup nyaman, Dik”, keluh KarbonA.
       KarbonI tersenyum. “Kak, kita ini sedang diuji. Bertahanlah sebentar lagi. Percayalah, kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya jika kita mau bersabar.”
“Aku ingin merasakan kebebasan dan kenyamanan di luar sana. Akan ada banyak hal yang bisa ku pelajari di dunia luar. Ikutlah aku, dan kita akan senang”, ajak KarbonA
“Pergilah jika kakak memang ingin pergi, kelak aku akan menyusul kakak. Aku yakin semua tempaan panas, tekanan, dan kegelapan ini suatu saat akan berujung pada keindahan dan kebahagiaan yang lebih baik”
Mereka adalah dua sosok yang berbeda. KarbonA dan KarbonI, sepasang saudara kembar yang memiliki pandangan yang bertolak belakang tentang semua tempaan yang mereka hadapi. KarbonA memutuskan untuk pergi, sedangkan KarbonI mencoba untuk terus bersabar dan percaya bahwa kelak semua kepahitan ini akan tergantikan dengan rasa manis dan hikmah yang luar biasa, walaupun ia harus menahan rasa sakit yang panjang akibat proses tempaan alami itu.
Ribuan tahun kemudian…
      Para manusia berdatangan dan melakukan berbagai upaya mengambil KarbonI. Mereka memuji keindahannya, kilau dan pantulan yang istimewa dari sang KarbonI yang senantiasa bersabar dalam menjalani proses kehidupan. Manusia menyebut KarbonI dengan nama Intan. KarbonI -yang sekarang menjadi Intan- diperebutkan, dijual dengan harga yang tinggi, diletakkan ditempat terhormat. Namun ia tetap rendah hati dan senantiasa membagikan keindahannya dan kilaunya kepada orang-orang di sekelilingnya.
Pada suatu hari, datanglah si Kakek Batu Apung. Tubuhnya kecil, ringan, berongga, dan murah. Semua benda di muka bumi merendahkan Kakek Batu Apung, kecuali sang Intan. Intan selalu menghormati Kakek Batu Apung dan senantiasa mencoba belajar banyak ilmu dari sang Kakek. Setiap kali bertemu, Kakek Batu Apung mengusap kepala si Intan. Dan apa yang terjadi? Intan justru semakin tampil cantik dan menawan setelah bergaul dengan Kakek Batu Apung yang dianggap tidak berharga oleh banyak manusia.
Begitulah sang Intan, kebaikan dan ketulusan hatinya mampu memancarkan sinar yang bisa menarik hati manusia.
        Diam-diam si KarbonA selalu mengikuti dan mengintai keseharian adiknya yang sekarang menjadi Intan. KarbonA sangat merasa iri dan ia berfikir bahwa dirinya tidak diperlakukan secara adil.
“Padahal dulu kami adalah saudara kembar! Kami sama-sama memiliki simbol C, rumah kami sama-sama di golongan 4 periode 2, tapi mengapa kini kami dibedakan? Kenapa saudara kembarku, KarbonI, diletakkan di tempat terhormat, sedangkan aku sering disatukan dengan sampah? Ini sungguh tak adil!”, keluh KarbonA.
Lalu Kakek Batu Apung datang.
“Hai, KarbonA, bercerminlah di genangan air itu.”
KarbonA yang sedang galau, langsung saja menurut. Ia tersentak kaget melihat wajahnya di air.
      “Itulah dirimu, KarbonA. Kamu adalah Karbon yang memilih untuk menjadi Arang ketika dirimu memilih untuk menyerah menjalani tempaan. Kamu Arang yang hitam, yang tidak disukai banyak orang. Sedangkan adikmu, KarbonI memang sosok yang pantas untuk menjadi Intan yang berkilau karena ia bersabar dan tetap bersyukur dalam menghadapi tempaan dan rasa sakit.”
Alangkah menyesalnya KarbonA. Seandainya dulu ia bisa lebih bersabar, mungkin hidupnya tidak akan terhina seperti ini. Seandainya dulu ia memilih untuk bertahan, tentu ia akan menjadi alotrop Intan, alotrop terbaik dari keturunan Karbon.
Intan dan Arang sama-sama berada dalam fase solid. Namun Intan adalah sosok yang kuat, sosok yang kesolidannya mencapai nilai tertinggi di muka bumi. Sedangkan Arang, ia hanya sebongkah karbon yang rapuh.
       Bicara soal kecantikan, Intan yang rendah hati dan senantiasa menghormati orang lain mendapatkan keindahan dari seorang Kakek Batu Apung. Batu Apung adalah satu-satunya benda yang mampu mengasah kecantikan intan. Alangkah bijaksananya sang Intan yang mau menerima Kakek Batu Apung yang sering tidak dipedulikan orang, hingga akhirnya ia justru bisa mendapatkan kecantikan yang lebih baik lagi atas perlakuannya kepada sang Kakek.
       Begitulah seharusnya kita sebagai manusia. Dengan bersabar dan bersyukur dalam memperjuangkan berbagai hal serta berkhusnuzan terhadap masalah yang dihadapkan kepada kita, niscaya kita akan mendapat banyak pelajaran dan hikmah dari semua itu. Man jadda wajada.
Dan dialah Intan, si kuat penuh pesona…

Oleh: Ariyani Titin
Sumber : http://www.dakwatuna.com
»»  Baca Selanjutnya...

Jodohku, di Manakah Dirimu?

Siapa Ya Jodohku?
Ada yang resah, bilangan tahun makin bertambah pada usia. Namun tak juga sampai pada masa untuk memesan undangan walimah, lalu menyebarkannya pada sahabat, tetangga dan saudara dengan suka cita.
Ada yang mulai gelisah, saat teman-teman seangkatan, bahkan adik kelas mulai berfoto dengan anak-anaknya, sudah dua, tiga bahkan berlima, dengan senyum yang bahagia. Lalu hati pun bertanya, kapan giliran saya?
     Ada yang mulai meragukan kesabarannya sendiri untuk bertahan. Lalu perlahan-lahan mengubah penampilan, melobi karakter kebaikan yang dulu disyaratkan untuk calon pendamping. Ada yang mulai melunak, tak lagi memilih-milih karakter keimanan dan kebaikan yang dulu disyaratkan sebagai calon qawwamnya dalam rumah tangga. Akhirnya berakhir pada ucapan, “wis sopo wae lah sing tekko” (sudah, siapa saja lah yang datang).ada yang mulai ragu bahwa dengan tetap menjaga keimanan dan kesabarannya, ia akan mendapatkan jodoh yang layak di mata Allah.
        Ada ratusan kali, mungkin ribuan bahkan jutaan kali berdoa agar didekatkan jodoh yang baik dan tepat untuk nya, namun tak kunjung dikabulkan oleh Allah. Lalu akhirnya marah, perlahan meragukan Maha Rahmannya Allah. Akhirnya tak lagi khusyuk meminta, bahkan berhenti berharap dan berdoa.
Ada yang akhirnya menyambut siapa saja dengan tangan terbuka, setiap sms yang membuat hatinya berbunga, mengiyakan tawaran makan malam, dan jalan-jalan yang datang padanya. Menjajaki setiap orang yang dirasa ‘potensial’ menjadi pendamping hidupnya. Terus menjalani ‘petualangan cinta’ sampai ketemu yang paling cocok dan berani melamarnya. “Siapa tahu jodoh”, begitu kata hatinya. Keyakinannya menjadikan dia seperti pembeli sepatu, berganti-ganti sampai model, harga dan ukurannya pas di kaki.

Jodohku: Luar biasa hingga kita bertemu
Orang yang akhirnya menjadi suami istri, suatu saat akan menyadari betapa luar biasanya ‘garis hidup’ yang dibuat Allah hingga mempertemukan mereka berdua. Sampai pada saya beberapa kisah, yang membuat saya akhirnya berkata “Subhanallah, Maha Suci Allah”. Baru menyadari makna kata “wa min aayaatihii” pada Ar-Rum 21: ayat yang banyak dinukil pada kartu undangan walimah. Mari kita renungkan lagi “Dan di antara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir)
Sampai pada saya beberapa kisah nyata tentang teman, kerabat dan beberapa kenalan:
  1. Saya memanggilnya bu Aisy, guru TK saya. Memakai busana muslimah ke mana saja sejak masih muda. Selalu tersenyum ramah dan mengingat nama kami, muridnya. Lama tak bertemu, bahkan sampai saya kuliah, beliau juga belum menikah. Baru ketika saya hampir lulus kuliah, ibu yang pernah menjadi teman sepengajiannya itu akhirnya mengabarkan berita walimah bu Aisy. Mungkin usianya ketika menikah itu sudah lebih 50 tahun, masih ‘gadis’ insya Allah. Seorang ustadz dari sebuah organisasi keislaman terkemuka, melamarnya. Duda dengan anak-anak dan cucu yang shalih-shalihah insya Allah.  Ketika lebaran tiba, saya melihat ruang tamunya bertambah ramai: ikhwan-akhwat beserta cucu-cucu yang lucu kini meramaikan rumahnya, membuat pelangi di hatinya. Puluhan tahun kesabaran yang berbuah indah.
  2. Ini cerita teman dari teman sekamar saya. Tetangganya menikah, ramai tamu menghadiri undangannya. Mereka berdua baru saja melaksanakan ijab-kabul, langsung duduk berdua di pelaminan menyalami tamu undangan. Belum sempat masuk kamar untuk berdua menikmati kehalalan suami istri. Tiba-tiba sang mempelai lelaki berkata pada istrinya:”dadaku sakit dek”, lalu sang istri memapahnya duduk di kursi pelaminan. Beberapa menit kemudian, mempelai lelaki itu meninggal di kursi pelaminannya. Masih memakai baju pengantinnya.
  3. Menonton sebuah program bincang-bincang keislaman di sebuah televisi swasta, dihadirkan sepasang suami istri yang perbedaan usia keduanya 20 tahun lebih. Otak saya masih loading, memastikan beberapa fakta: ketika sang lelaki berumur dua puluh tahun lebih (sekiranya ia sekolah terus, maka kira-kira sudah lulus kuliah): ketika itu ‘jodohnya’ baru lahir ke dunia. Ya lahir sebagai seorang bayi, lalu baru dua puluh tahun kemudian mereka menikah.
  4. Ini cerita dari adik kelas saya, bapak-ibunya berasal dari desa yang berbeda di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Tapi mereka berdua memutuskan menikah, justru ketika kedua keduanya dipertemukan Allah saat merantau untuk bekerja di Kalimantan. Jodoh yang ternyata dekat, tapi Allah (mungkin) menginginkan mereka melakukan perjalanan ribuan kilometer jauhnya, hingga sampai pada koordinat tempat mereka bertemu, dan waktu yang tepat untuk menikah. Ada pula yang bapaknya lahir dan besar di Kalimantan, Ibunya lahir dan besar di Sumatra, tapi dipertemukan dan memutuskan menikah saat masing-masing tinggal sementara waktu di Pulau Jawa. Ya, masing-masing menempuh jalan panjang, mengambil banyak keputusan penting sampai akhirnya memutuskan untuk menikah. Ya keputusan penting itu bisa berupa; mau sekolah di mana, diterima kuliah di jurusan apa, di kota mana, bekerja di mana, pindah bekerja di mana, berteman dengan siapa dan seterusnya.
  5. Kita mungkin juga pernah tahu lewat media massa, ada seorang artis dengan tubuh (maaf) ‘kerdil’, akhirnya menikah dengan perempuan bertubuh normal, cantik dan akhirnya mereka menikah dan punya anak. Kita juga mungkin kadang terheran-heran, dengan ‘rumus jodoh’ ketika bertemu dengan seorang yang sangat cantik dan memiliki suami yang ‘sangat biasa saja’, atau sebaliknya dalam pandangan kita.
Jika ditambahkan akan semakin panjang daftar kisahnya. Dengan berbagai nama, waktu, tempat dan lakon yang berbeda-beda. Tapi setidaknya dari berbagai kisah yang dekat, dan terjadi di sekitar kita bisa berpikir, merenungkan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan.

Kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya (semua orang) Tahu!
        Jodoh dan berjodoh, adalah bagian dari Keputusan Allah, penetapan Allah atas manusia. Urusan jodoh dan berjodoh, bukan sebuah urusan kecil dan main-main, karena Allah tak pernah main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia. Allah tak sedang ‘mengocok lotre’ dan mengundi seperti arisan ketika menentukan jodoh seseorang. Maka jika kita memiliki harapan tentang calon pendamping hidup kita, menginginkan agar kita segera dipertemukan dengan jodoh kita, maka mintalah pada Allah! Bicaralah pada Allah! Mendekatlah pada Allah! Bulatkan, kuatkan, kencangkan keyakinan kita pada Allah. Apa yang tidak mungkin bagi kita, adalah sangat mudah bagi Allah.
Justru karena kita tidak tahu siapa jodoh kita, kapan bertemunya, bagaimana akhir kisahnya di dunia dan akhirat: maka hidup kita menjadi lebih indah, berwarna dan bermakna. Karena kita akan menjalani kemanusiaan kita dengan tetap menjadi hamba Allah. Menikmati indahnya berjuang, menikmati kesungguh-sungguhan ikhtiar, menikmati indahnya meminta pada Allah, menikmati indahnya memohon pertolongan pada Allah, menikmati indahnya bersabar, menikmati ‘kejutan’-kejutan yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita
Kita tidak bisa mengajukan proposal pada Allah. Kita tidak bisa memaksa Allah: pokoknya dia ya Allah, maunya kau dia yang jadi jodohku ya Allah. Kita tidak bisa menguasai dalamnya hati manusia, kita tak bisa membatasi akal pikiran manusia. Ya karena kita tidak berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia, atas berbolak-baliknya hati manusia: karena itu kita tak boleh melabuhkan cinta terbesar kita pada manusia. Kita labuhkan saja cinta terbesar kita pada Allah, yang dengan kecintaan itu lalu Allah melabuhkan cinta manusia yang bertaqwa dalam hati kita. Sehingga taqwa itu yang membuat kita berjodoh dengan orang yang bisa menumbuhsuburkan cinta kita pada Allah. Karena taqwa yang dirajut selama pernikahan yang barakah itu, mudah-mudahan kita berjodoh hingga ke surga. Bukankah ini lebih indah?
      Sungguh jodoh tidak berjalan linier di atas garis kecantikan, ketampanan, kekayaan, kedekatan geografis. “Rumus jodoh’ bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya tahu permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam pengaruh hawa nafsunya. ‘Rumus jodoh’ semata-mata kepunyaan Allah. Karena itu, sebagai hamba kita hanya mampu menerima keputusan Allah. Menyiapkan diri untuk menerima apapun keputusan Allah. Menyiapkan seluas-luas kesabaran, keikhlasan, sebesar-besar keimanan untuk menerima ‘jatah jodoh’ yang berupa pendamping hidup, rezeki, dan lainnya.
      Ya, menunggulah dalam kesibukan memperbaiki diri. Menunggulah dalam kesibukan beramal shalih, persubur silaturahim dan mendoakan saudara seiman. Kita tidak bisa mempersiapkan orang yang akan menjadi jodoh kita. Kita tidak punya kendali untuk mengatur orang yang ‘akan jadi jodoh kita’. Kita hanya bisa mempersiapkan diri kita. Membekali diri dengan segala kemampuan, keterampilan, sikap hati untuk menjalankan peran-peran dalam pernikahan. Ketika saat itu tiba, ijab qabul sah, seketika itu seperangkat peran diserahkan di pundak kita. Allah menyaksikan! Seketika itu kita akan menjadi istri/suami, menantu, ipar, anggota masyarakat baru. Dan seketika itu pula, tak cukup lagi waktu mempersiapkan diri. Ya, pernikahan bukan awal, jadi jangan berpikir untuk baru belajar, baru berubah setelah menikah.
       Hidup itu adalah seni menerima, bukan semata-mata pasrah. Tapi penerimaan yang membuat kita tetap berjuang untuk mendapatkan ridha Allah. Karena apapun yang kita terima dari Allah, semuanya adalah pemberian, harta adalah pemberian, pendamping hidup adalah pemberian, ilmu, anak-anak, kasih sayang, cinta dan semua yang kita miliki hakikatnya adalah pemberian Allah. Semuanya adalah ujian yang mengantarkan kita pada perjuangan mendapatkan keridhaan Allah. Menerima dan bersyukur adalah kunci bahagia, bukan berburuk sangka dan berandai-andai atas apa yang belum diberikan Allah.
Dan apa saja yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal, tidakkah kamu mengerti” (QS. al-Qashash: 60)
Menikah bukan akhir, bukan awal, ia setengah perjuangan. Pernikahan berarti peran baru, tanggungjawab baru, tantangan baru: bagian dari daftar yang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban dari kita di yaumil akhir.
         Tentang berjodoh itu, adalah tentang waktu, tentang tempat, tentang masa. Dan yang kita sebutkan tadi semua ada dalam genggaman Allah. Bukankah dalam surat al-ashr Allah bersumpah dengan waktu. “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. Ya, agar tak bosan, resah dan merugi saat menanti saat walimah tiba, sibuklah memperbaiki iman, amal dan tetap setia dalam kebenaran dan kesabaran.
      Menikah dan mendapat pendamping hidup itu tidak pasti, ada banyak orang yang meninggal ketika masih bayi atau remaja. Tapi Mati itu sebuah kepastian. Orang yang menikah pun juga akan mati. Jangan terlalu galau, ada perkara yang lebih besar dari sekedar status menikah atau tidak menikah. Hidup itu bukan semata-mata perjuangan mendapatkan pendamping hidup. Karena yang telah menikah pun, harus terus berjuang agar mereka diberikan rahmat oleh Allah untuk tetap ‘berjodoh’ hingga ke surga, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini :
“(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’du 23-24).
»»  Baca Selanjutnya...

Sabtu, 21 April 2012

Penyebab Otak Jadi Tumpul

Ada  beberapa faktor dari makanan dan kebiasaan yang menyebabkan otak kita sukar berfikir/tumpul istilah lainnya bebal sehingga bila kita sudah tahu mungkin kita bisa mengantisipasinya dengan cara menghindari bahkan meninggalkan kebiasaan yang buruk bagi otak kita apa saja makanan dan kebiasaan yang bisa mengurangi kinerja otak kita simak beberapa sebabnya sebagai berikut.:



Dari Segi makanan dan Minuman :

1. BEKAS BOTOL AIR MINERAL

Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang
botol plastik (Aqua, VIT, etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor.
Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol
(disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di
botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA).
Botol ini aman untuk
dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh
lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari.
Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat
karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol
air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.



2. SATE

Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya.
Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil
pembakaran
arang yang dapat menyebabkan kanker dan mengakibatkan Sel2 pada otak tidak berkembang dan pada akhirnya bsa membuat anda susah berkonsentrasi.
Untuk itu kita punya
obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan
sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun
ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan
sate.

3. UDANG DAN VITAMIN C

Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C.
Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi
dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat
keracunan yang fatal dalam hitungan jam.
Mengkonsumsi udang dan Vitamin C secara bersamaan dapat mengakibatkan sel2 stimulus OTAk menjadi gampang terganggu,pada akhirnya dapat mengakibatkan Kebodohan dan IQ menjadi Turun.

4. MI INSTAN

Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda
akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat
lilin yang melapisi mi instan.
Itu sebabnya mengapa mi
instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan
setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker.
Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu lagi
untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap
hari. Akhirnya dia menderita kanker.
Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin
dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita
memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan
lilin tersebut.

5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita
konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus
makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya
tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.
Sebaiknya
mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada
makanan
mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,
kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan
yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu
kemasan
yang bersentuhan langsung dengan makanan.
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

6. kopi
Minum Kopi secara berlebihan, para Ilmuwan menganjurkan minum kopi maxsimal hanya 3 gelas cangkir ,itupun cangkir yang berukuran kecil.

7. Merokok

tentu untuk yang satu ini tidak usah dijelaskan lagi karena dalam hal ini dalam rokok terdapat berbagai macam racun yang berbahaya
Dari segi KEBIASAAN :

1. Tidak mau sarapan.
Banyak orang yang menyepelekan sarapan. Padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak.

2. Makan berlebihan.
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal. Biasakan menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum anda kekenyangan.

3. Merokok.
Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi efek buruk rokok yang terungkap di sini. Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan pada saat masih muda sekalipun, kita rawan alzheimer (alzheimer adalah penyakit pikun).

4. Terlalu banyak mengkonsumsi zat gula.
Terlalu banyak asupan kadar gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu.

5. Polusi udara.
Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.

6. Kurang tidur.
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.

7. Menutup kepala ketika sedang tidur.
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.

8. Berpikir terlalu keras ketika sedang sakit.
Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan forsir otak anda.

9. Kurangnya stimulasi otak.
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan bermain (catur, scrabble, dll) membuat otak anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.

10. Jarang bicara.
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan anda.

11. Terlalu banyak menonton Televisi.
nah, kebanyakan nonton tv aja bisa bodoh gan. apalagi kebanyakan nonton bokep.

12. Onani
melakukannya terlalu sering, para ilmuwan menganjurkan ,bagi anda para remaja untuk tidak terlalu sering ONANI, Ilmuwan menganjurakn ONANI seminggu hanya 3 x saja.

13. Minum-minuman beralkohol.
bahayanya karena dapat merusak hati untuk menawarkan racun. sehingga darah beracun sampai ke otak

14. Begadang.
kalo yg ini, bg roma juga bilang kan? “begadang jgn begadang kalo tiada artinya”

15. Terlalu Lama Menggunakan HP
ini bsa d akibatkan oleh gelombang elektromagnetik yg d timbulkan oleh HP,bsa berakibat ke perkembangan OTAK.

Dari tulisan diatas masih ada sebab lain yang mungkin berpengaruh terhadap otak kita jadi sekarang terserah sobat semua untuk bisa memilah dan memilih hal yang bagus untuk Otak kita sendiri.

~**~**~**~**~**~**~**
source:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9435746
~**~**~**~**~**~**~**
»»  Baca Selanjutnya...

Selasa, 10 April 2012

Mengharapkanmu Dalam Ketidak Pastian

(Oleh  : Ahmad Jahaba)      Yang kualami sekarang bagaikan bulan yang tak dapat ku peluk, bintang tak dapat kugapai, namun aku merasa bahagian cukup dengan melihatnya saja, aku merasa takjub dengan kilauan cahayanya dimalam hari, hatiku teduh dikala ia kulihat dengan ketenangannya di angkasa sana, tiada keluh tuk beristirahat, tidak pernah alpa tuk menunaikan tugasnya, tiada ia merindukan tuk hadir disiang hari tuk menenemani mentari bersinar. Ia merasa bersyukur dengan apa yang ditakdirkan kepadanya.
Ia, aku hanyalah mengharapkan seorang wanita yang akan menjadi pendamping dalam menemaniku tuk mengaruhi lautan samudra kehidupan, aku ingin ia akan menjadi seorang murobbi, ustadzah tuk anak-anakku kelak, aku ingin dia akan menjadikan rumahku sebagai madrasah dalam mendidik mereka. Ia itu yang ku harapkan. Entah kenapa aku sedikit mengharapakn dia, padahal aku hanya mengenal dirinya sebatas nama dan sdikit aktifitasx, selain dari itu aku tidak tahu.
Dalam kehidupan pilihan adalah suatu penentu bagi kita untuk mewujudkan apa yang menjadi impian kita, kita diberikan kesempatan untuk memilih, kita diberikan hak penuh dalam menentukan pilihan hidup kita, kitalah sang hakim untuk diri kita sendiri, kita pengacara yang akan memberikan perlakuan terhadap persoalan kehidupan kita, kitalah yang akan menjadikan diri kita sebagai saksi atau bahkan tersangkan terhadap sikap dan tindakah kita dalam menyikapi kehidupan ini.
Dia baik, santun, bertutur dengan sopan, bertingkah dengan baik, sangat berhati-hati dalam berbicara, tidak begitu peduli apa yang dikatan orang tentang dirinya, ia dia orangnya tidak he’u, begitulah sepintas yang kudengar tentang dirinya dari sahabatku.
Bertutur denga kata-kata yang bermanfaat ia berikan, menulis untuk memberikan hikmah kepada pembaca ia lakukan, mengajak kepada sesama muslimah untuk menegakan yang ma’aruf ia tunaikan, ia lakukan semua itu berdasarkan aktifitas dalam hidupnya yaitu berda’wah.
Ketika aku membaca status-statusnya yang sarat akan hikmah, kata-kata yang begitu indah, menyejukkan, menentramkan, dan dapat meredakan hati yang sedang bergejolak. Ya !!! dia mampu melakukan itu.
Namun Ketika ku mencoba meraba diri Ini, aku menemukan sesuatu yang sangat bertolak dengan dirinya, aku sangat begitu jauh dengan apa yang dia tempuh selama ini, dia begitu taat pada perintah, sementara aku tidak, dia begitu jauh dengan larangan tuhan sementra aku dekat, dia patuhi janji sedangkan aku ingkari, dia,,, dia,,, dia,,,, berada pada nilai + sendakan aku sangat -1/2.

BISAKAH AKU AKAN BERSANDING DENGANNYA ??.

 'Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah' Artinya. 'Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat. Amin.

(Poajara Tulisi ‘Dane e)
»»  Baca Selanjutnya...

Senin, 02 April 2012

Islam dan Teori Bumi Bundar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan
 
Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung dalam 'kegelapan' dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah Nicoulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan terori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu. Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan  sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 hingga 15 M.

Hasil penelitian yang dilakukan  Edward S Kennedy dari  American University of Beirut  menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam –dua atau tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim seperti  Ibn al-Shatir (wafat 1375), Mu'ayyad al-Din al-'Urdi (wafat 1266) dan Nasir al-Din al-Tusi (wafat 1274).

Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad ke-17 M – setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming.  Sejak abad itulah, melalui risalah yang ditulis  Xiong Ming-yu berjudul Ge Chi Cao wacana bentuk bumi  bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu.

***

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk  bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, pada tahun 830 M,  Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi beserta para astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai  24 ribu mil atau  38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 itu hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu.

Atas permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh itu, para astronom Muslim sukses mengukur jarak antara Tadmur (Palmyra) hingga Al-Raqqah di Suriah.  Para sarjana Muslim itu menemukan fakta bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil. 

***

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al-Biruni (973-1048) juga mengukur jari-jari  bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 kilometer. Hal pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu, Al-Biruni  mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak  gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta)  Muslim dari abad ke-12 M, Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al-Idrisi Ash-Sharif. Pada tahun 1154 M, Al-Idrisi – ilmuwan dari Cordoba --  secara gemilang sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Dalam globe itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al-Idrisi pun menulis buku berjudul Al- Kitab al-Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja.

***

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus pun membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan Al-Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al-Idrisi, Columbus mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya 'New World'. Padahal, bagi para penjelajah Muslim benua itu bukanlah dunia baru, karena telah disinggahinya beberapa abad sebelum Columbus. Dalam ekspedisi yang dilakukannya itulah, Columbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengelaurkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijma tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069), Ibnu Al-Jawi (wafat 1200) dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328). Penegasan ketika tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat,  Abul-Hasan ibnu al-Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, and Abul-Faraj Ibnu Al-Jawzi  telah menyatakan bahwa  bentuk bumi adalah bundar (istidaaratul-aflaak).  Ibnu Taimiyah melandaskannya pada Alquran surat Az-Zumar ayat 5. Allah SWT berfirman: "...Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan siang atas malam..." 

Selain itu, para ulama juga berpegang pada Surat Al-Anbiyaa ayat 33. Allah SWT berfirman,” Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di dalam garis edarnya.” Kata “falak' dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan  Abu Ya'la  dalam karyanya berjudul  Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya'la mengutip sebuah ijma para ulama Muslim yang  bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijma itu diungkapkan oleh generasi kedua – murid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ilmuwan terkemuka  Ibnu Khaldun (wafat 1406) dalam kitabnya yang fenomenal berjudul Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat oleh  Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam al-Fishol fil Milal wan Nihal. Menurutnya,  tak ada satupun dari 'ulama kaum muslimin -- semoga Allah meridhoi mereka -- yang mengingkari bahwa Bumi itu bundar dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka.

Dengan meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim  kemudian menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik di bumi ke Makkah. Melalui cara itulah, arah kiblat ditentukan.
sumber : http://alislamu.com/dunia-islam/4893-islam-dan-teori-bumi-bundar.html
»»  Baca Selanjutnya...

Change Font This Blog